PEMIMPIN DAN KEPEMIMPINANNYA OLEH KASESPIM LEMDIKLAT POLRI IRJEN POL PROF. DR. CHRYSHNANDA DWILAKSANA, M.Si.
Sebuah cerita klasik dari Borobudur tentang burung berkepala dua bisa kita jadikan analogi untuk melihat pemimpin dan kepemimpinannya. Kepala bagian atas selalu memakan buah-buahan dan makanan-makanan yang segar, enak, dan manis. Sedangkan Kepala yang satunya (kepala bawah) hanya mendapat makanan sisa-sisa dari apa yang dimakan oleh kepala atas. Suatu ketika kepala bawah protes kepada kepala atas, agar sesekali diberinya makanan yang enak seperti yang dimakannya. Tak disangka kepala atas mengatakan, "Wahai kepala bawah, terimalah dan syukurilah apa yang kau nikmati. Kita toh satu tembolok. Jadi, makanlah apa yang menjadi makananmu". Mendengar jawaban seperti itu, kepala bawah merasa dilecehkan. Dalam hati ia berkata, "Kalau begitu aku akan makan sembarangan, toh satu tembolok juga". Pada suatu hari kepala bawah nekat makan jamur beracun. Matilah burung berkepala dua tadi.
Cerita di atas dapat dikaitkan kepada pemimpin dan gaya kepemimpinannya yang kelihatan anggun dan berwibawa. Ia menempatkan posisi pada menara gading dikelilingi kemewahan puja puji dan berbagai kenikmatan duniawi. Di lain pihak, anak buah yang menjadi bawahannya seakan budak yang dijadikan ganjalan penyangga kemegahannya itu. Ia tak mempedulikan kesedihan dan kesusahan bawahannya. Ia juga tidak mempedulikan kesengsaraan masyarakat luas akibat kebijakan yang diambilnya.
Cepat atau lambat bawahan, anak buah ini bisa saja nekad, melakukan harakiri, melakukan tindakan fatal yang muaranya memang pimpinan tadi akan rontok di singgasananya. Mereka bisa saja nekad karena pemimpin sudah lupa Pemimpin tidak jarang malahan menyakiti mereka. Anak buah sudah biasa sengsara, tidak usah dimanja nanti malah nglunjak dan repot mengatasinya, demikian pikir sang pemimpin.
Pemimpin di dalam kepemimpinannya semestinya peka, peduli, berempati, dan berbelarasa tidak mematikan tetapi menyadarkan, membangkitkan, menghidupkan, memberi daya gerak dan daya untuk menjadi dinamis tumbuh dan berkembang. Dirinya bukan menjadi matahari tetapi justru menjadi bulan, memberi pencerahan dan penerangan di saat kegelapan. Di saat terjadi kesesatan, di saat terjadi kelesuan, di saat terjadi keputusasaan pemimpin tampil sebagai sang penuntun, pembimbing, bintang pedomam, arah, dan tujuan. Hidupnya siap berkorbaan dalam membangun dan mencapai sasaran. Tak gentar terhadap hambatan, tantangan, ancaman yang bisa merusak dan mematikan dirinya maupun keluarganya.
Jiwa seorang pemimpin akan melegenda. Pemimpin dikenang bukan dari kekayaannya, kezalimannya, tetapi karena kerendahatiannya, empatinya, rasa senasib sepenanggungan, kerelaan berkorban, kemampuan membawa kemajuan, menempatkan pada tempat sebagaimana yang seharusnya. Dadi ratu kudu ono lelabuhane, ora ono lelabuhane ora ono gunane. Ratu iku anane mung winates dadi kawulo tanpo winates. Pemimpin itu bukan seberapa bernilai dirinya, melainkan seberapa bermanfaat dirinya bagi hidup dan kehidupan serta bagi semakin manusiawinya manusia.
"Saya lebih senang dan bangga berada di tengah-tengah anak buah saya," demikian yang dikatakan oleh Jenderal Sudirman. Walau sakit dan harus ditandu, beliau terus memimpin gerilya. Beliau bisa merasakan apa yang menjadi penderitaan dan kesusahan serta kesulitan anak buahnya. Kehebatan seorang pemimpin bukanlah pada dirinya yang pandai tebar pesona, tetapi ada suatu transformasi menjadi kebaikan dan selalu ada perbaikan. Mahatma Gandi sebagai pemimpin berani dan mau memberi teladan dengan menenun sendiri pakaiannya. Ia tidak harus dengan berjas dasi. Martin Luther King Jr, pemimpin pergerakan anti rasialis di Amerika, pun memperjuangkan hak-hak kaumnya dan berempati untuk tidak dengan kekerasan. Bahkan, ia pun menjadi korban kekerasan yang menghilangkan nyawanya. Demikian pula Mahatma Gandhi.
Lagi-lagi pemimpin memang yang akan memberi warna menjadi bintang pedoman arah dan tujuan. Menginspirasi, mampu memberdayakan dan mengajak anak buahnya mewujudkan mimpi-mimpinya. Di zaman modern ini pemimpin diituntut untuk berani, cerdas, dan murah hati, bukan dilayani. Dia mau menjembatani dan mau memahami bahkan menjadi role model bagi rekan dan bawahannya. Ki Hajar Dewantoro tokoh pergerakan nasional pendidikan mengajarkan filosofi kepemimpinan:
- Ing Ngarso Sung Tulodo;
- Ing Madyo Mangun Karso;
- Tut Wuri Handayani.
Pemimpin memang harus memiliki empati dan mau berbagi rezeki dengan cara meningkatkan kesejahteraan orang-orang yang dipimpinnya. Keunggulan sang pemimpin yaitu :
- Menjadi role model. Menjadi suatu ikon/ role yang menginspirasi dan menjadi panutan serta kebanggaan;
- Memotivasi memberi spirit untuk menumbuhkan daya juang dan kratifitas serta nyali untuk melakukan kebaikan dan perbaikan;
- Memahami keutamaan apa yang menjadi tugas dan tanggungjawabnya;
- Memiliki kesadaran untuk belajar dan memperbaiki kesalahan di masa lalu;
- Siap menghadapi berbagai tantangan, tuntutan dan harapan di masa kini;
- Menyiapkan masa depan yang lebih baik;
- Visioner, proaktif dan problem solving, mampu memprediksi, mengantisipasi dan memberikan solusi;
- Komunikatif dan membangun Soft Power maupun Smart Power;
- Dinamis dan mampu mengatasi disrupsi dengan kreatif dan inovatif;
- Membawa dampak positif, dipercaya dan memdapat dukungan secara internal maupun eksternal.
Merubah mind set, memerlukan pemimpin yang kebijakannya bijaksana dan serta siap mendukung maupun menghadapi perubahan. Pemimpin adalah orang orang yang menjadi ikon atau panutan dan agen agen perubahan juga sebagai motor penggeraknya. Pemimpin dengan penuh kesadararan melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara konsisten dan berkesinambungan.
Membangun apa saja termasuk dalam berbagai profesi, passion seorang pemimpin sangat menentukan tingkat keberhasilannya. Sedangkan passion sendiri bisa dibangun dari kecintaan. Dengan kecintaan akan melampaui batas normatif atau yang semestinya. Tanpa kecintaan apapun akan seumur jagung. Apalagi menghadapi tantangan hambatan atau berbagai goncangan badai dalam kehidupan. Dengan adanya kecintaan maka akan ada keberanian untuk tetap bertahan atau bahkan menempuhnya dengan penuh kegigihan dan keyakinan akan menghasilkan sesuatu atau ada solusinya. Passion bukan karbitan atau hidup di bawah ketiak. Kaum mapan nyaman tidak akan bertahan dan pasti akan layu. Perilakunya tinggal glanggang colong playu. Tidak ada kebanggaan dan rasa tanggung jawab. Kelasnya memang pecundang tidak akan mampu menjadi pejuang. Apapun yang dikerjakan sebatas lip service atau lamis manis di bibir dan tentu pamrih tidak ada ketulusan. Kekuatannya pada pendekatan personal yang tega bahkan sengaja mematikan kompetensi. Ketidaktulusan inilah yang membuat lemah dan lunturnya patriotisme. Jiwa berkorban atau pengorbanan digantikan materi. Kasih uang habis perkara. Pendekatan materi dengan cara personal akan menjadi pilihan. Tatkala ini dilakukan terus menerus maka akan ada balas membalas. Kekuasaan akan sentralistik. Model patrimonial yang cenderung otoriter akan meraja dan berpotensi terbangun sistem yang korup.
Kecintaan akan melampaui kepentingan pribadi maupun kelompok / golongan. Apa yg dilakukan akan berdasarkan rasa hati dan logika bahkan mampu mengarahkan kepada passion yang patriotik. Katakan menjdi seniman dengan kecintaannya ia berani mengorbankan hidupnya dalam menegakkan kesenimanannya. Menjadi militer, menjadi politikus, menjadi polisi, menjadi guru, menjadi pelaku bisnis dsb semua itu tatkala dilandasi dengan kecintaan maka di dalam bekerja akan menjadikan pekerjaannya sebagai panggilan atau jalan hidup. Bagaimana menanamkan kecintaan dan kebanggaan? Tatkala kita melihat dalam kehidupan sehari hari di manapun juga maka :
- Para pemimpin dengan kepemimpinannya mampu menjadi ikon atau simbol keteladanan maupun agen perubahan yang transformatif, senantiasa menginspirasi mencerdaskan dan solutif;
- Sistem politik mengacu berpegang teguh pada upaya pewujudan amanat konstitusi;
- Para guru dan lembaga pendidikan menjadi centre of excellent;
- Sistem pelayanan publik dan ruang publiknya berstandar prima;
- Sistem edukasi, training dan coaching, mentransformasi dan mencerahkan sebagai bagian mencerdaskam kehidupan berbangsa;
- Pembangunan moral bangsa gaya hidup dan nasionalisme menjadi core value anti korupsi;
- Memodernisasikan menuju pada sistem pelayanan one gate service system;
- Sistem monitoring yang merecognize lingkungan, manusia, kendaraan, pergerakkan bahkan alam untuk meminimalisir terjadinya pelanggaran ataupun penyimpangan;
- Sistem penegakkan hukum yang tebang habis bukan tebang pilih.
Dan masih banyak lagi yang bisa dikaitkan dalam membangun kecintaan dan kebanggaan bahkan patriotisme. Setidaknya 9 point di atas untuk dapat dipenuhi atau sebagai sistem menata keteraturan sosial dan membangkitkan passion. Dengan harapan core value yang rasional profesional cerdas bermoral dan modern yang melandasi kebudayaan benar benar dan mampu sebagai acuan atau basis dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan menjaga kedaulatan yang mampu berdaya tahan, berdaya tangkal, dan berdaya saing.
Pemikiran, Perkataan, dan Perbuatan sang Pemimpin
Pemimpin juga merupakan orang yang dipercaya atau orang yang memegang kewenagan dan kekuasaan atas sesuatu yang dipimpinnya, yang digunakan dalam kebijakannya secara bijaksana. Pemimpin diperlukan dan menjadi penentu keberhasilan mencapai tujuan, karena memiliki kekuatan, kewenangan untuk mengambil kebijakan dan kebijaksanaan. Keputusan-keputusan ada padanya. Pemimpin diberi banyak previlage dan fasilitas-fasilitas serta kemudahan-kemudahan untuk mampu mencapai tujuan institusi yang dipimpinya.
Bagi pemimpin publik kepemimpinanya tercermin dalam perilaku organisasi dan pelayanan kepada publik. Karena disitulah kebijakan-kebijakannya diambil dan diputuskan dan bagaimana ia mampu merubah mind set dan culture set yang dipimpinya. Inti dari administrasi adalah management, inti dari management adalah kepemimpinan, inti dari kepemimpinan adalah pengambilan keputusan, inti pengambilan keputusan adalah human relation. Pemimpin akan menjadi role model bagi anak buahnya.
Pemimpin yang dijadikan role model/ikon pembaharuan oleh anak buahnya, karena memiliki integritas, komitmen, kompetensi dan keunggulan. Itulah karakter pemimpin. Pemikiran-pemikiran pemimpin yang transformasional adalah pemikiran yang :
- Visioner;
- Problem solving;
- Kreatif dan inovatif;
- Menjadikan unggul
Perkataan-perkataannya adalah
- Memotivasi;
- Menyadarkan;
- Memberdayakan;
- Menguatkan;
- Menyejukan;
- Membawa pada harapan.
Perbuatan-perbuatannya
- Secara pribadi mampu menunjukan moralitasnya;
- Mampu menunjukan kepiawaianya dalam berpikir yang visioner dan kompetensinya dalam bekerja;
- Mencerminkan kecintaan dan kebanggaan pada pekerjaanya;
- Menunjukan disiplin dan tanggung jawabnya.
Tatkala pemimpin pemikiran, perkataan dan perbuatannya tidak konsisten, mencerminkan tingkat kualitas berpikirnya, kompetensinya, juga attitudenya. Pemimpin publik tercermin dari pelayanan publiknya dan perilaku anak buah yang dipimpinnya.
-Fya